1. MUSEUM BALLA LOMPOA
Museum Balla
Lompoa merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa yang didirikan oleh
pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun 1936. Arsitektur bangunan ini berbentuk
rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin atau
kayu besi. Dibangun di atas lahan seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar
tembok yang tinggi.
Bangunan ini terdiri dari dua bagian, ruang utama seluas 60
x 40 meter yang di dalamnya terdapat kamar pribadi raja, tempat penyimpanan
benda-benda bersejarah, bilik kerajaan dengan luas masing-masing bilik
berukuran 6 x 5 meter, dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5
meter. Bangunan ini banyak dilengkapi jendela yang merupakan cirri khas rumah
bugis dengan ukuran masing-masing jendela adalah 0,5 x 0,5 meter. Museum ini
merupakan tempat penyimpanan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa.
Museum Balla Lompoa ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin
No. 48 Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang berbatasan langsung dengan
Kota Makassar.
2. KE'TE KE'SU
3. BENTENG SOMBA OPU
Benteng Somba Opu dibangun pada tahun 1525 oleh Sultan Gowa
ke IX. Benteng ini merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang
ramai dikunjungi pedagang dari Asia dan Eropa. Pada tahun 1669, benteng ini
dikuasai oleh VOC kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Tahun
1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuawan. Dan pada tahun
1990, benteng ini direkonstruksi sehingga tampak lebih baik. Kini, Benteng
Somba Opu menjadi sebuah objek wisata bersejarah di Kota Makassar yang di
dalamnya terdapat beberapa bangunan rumah adat Sulawesi Selatan yang mewakili
suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Selain itu, terdapat juga sebuah
meriam dengan panjang 9 m dan berat 9.500 kg serta sebuah museum yang berisi
benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Gowa.
Tempat wisata di Sulawesi Selatan selain menyajikan keindahan alam
juga memberikan pengetahuan tambahan dalam berbagai hal salah satunya adalah
sejarah. Beberapa tempat wisata diatas merupakan pilihan terbaik saat mengunjungi
provinsi Sulawesi selatan. Semoga bermanfaat kepada
pembacaazwisata.com dalam menentukan pilihan wisata.
4. KAWASAN ADAT AMMATOA
Keindahan alam berupa kelestarian kawasan hutan merupakan
ciri dari kawasan adat ini, serta budaya hidup masyarakatnya yang jauh dari
pola hidup modern. Ciri masyarakat kajang yang ada di Desa Tana Toa yang tampak
sehari-hari yaitu pakaian dengan warna serba hitam, sedangkan ciri bangunan
rumahnya seragam menghadap ke Utara. Masyarakatnya dipimpin oleh seorang yang
bergelar Amma Toa dengan masa kepemimpinan seumur hidup. Terletak di Kecamatan
Kajang, sekitar 56 Km dari kota Bulukumba.
5. FORT ROTTERDAM
Fort
Rotterdam atau Benteng
Ujung Pandang (Jum Pandang)
adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan
Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat
Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi'
kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada
masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini
diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di
daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk
seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan.
Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa,
bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan
Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli
benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar
menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas
pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani
perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk
menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng
ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis
Speelman sengaja
memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda.
Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan
rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di
kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang
di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar
(Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian
besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.